Sedih sekaligus bangga rasanya melihat berita ini di Internet. bukan karena apa-apa hanya rindu akan kerja kerasnya. Aku bangga. Benar-benar bangga atas apa yang Papi lakukan :') Sabtu, 21 September 1996 Royani Haminullah: Saya Lebih Takut Dimaki Rakyat _________________________________________________________________ "TIDAK ada masalah kalaupun saya harus meninggalkan gedung wakil rakyat ini, sebab bagi saya, DPR bukan tujuan. DPR hanyalah salah satu sarana untuk berjuang, memperjuangkan aspirasi rakyat. Kalau di sini tidak bisa berjuang lagi, saya akan berjuang melalui sarana lain !" Begitulah ungkapan Royani Haminullah, anggota Komisi VI DPR RI dari Fraksi Partai Demokrasi Indonesia (FPDI) yang sudah bisa dipastikan bakal 'tergusur' dari gedung DPR. Royani dikenal sebagai salah seorang anggota FPDI yang menentang Kongres Medan dan tidak dicalonkan lagi sebagai anggota legislatif oleh kubu Soerjadi. Ia tercatat sudah dua periode duduk sebagai anggota DPR dari daerah pemilihan Kalimantan Selatan. Sedangkan sebelumnya ia duduk sebagai anggota DPRD Tingkat I Provinsi Kalimantan Selatan. Sekalipun kasus PDI masih di pengadilan, Royani mengakui kansnya berat untuk tetap menjadi anggota DPR. Dalam perbincangan dengan Media tentang kesan dan perasaannya sebelum meninggalkan gedung DPR, Royani berkali-kali menegaskan bahwa menjadi anggota DPR bukanlah tujuan baginya, apalagi sekadar mencari status dan kesejahteraan. "Sebab sekali seseorang berpikir demikian, maka yang diperjuangkan bukan lagi kepentingan rakyat, tetapi kepentingan pribadi maupun kelompok," kata anggota DPR yang dikenal dekat dengan wartawan ini. Royani dikenal sebagai salah satu anggota DPR yang vokal, terutama menyangkut masalah-masalah di bidangnya, Komisi VI. Pada Sidang Umum MPR lalu, ia termasuk salah seorang yang tidak menandatangani formulir dukungan PDI tentang pencalonan Presiden. Tokoh yang membesarkan partai gurem PDI di Kalsel ini, mengakui cita-cita seorang kader partai adalah menjadi anggota DPR agar bisa lebih leluasa menyuarakan aspirasi rakyat. "Karena itu saya sangat menyadari apa yang seharusnya saya kerjakan di gedung perwakilan rakyat. Kita inikan dipilih oleh rakyat, maka yang kita bela adalah rakyat. Itu harus menjadi prioritas. Kita bukan wakil organisasi, karena itu kita harus berani mengungkapkan apa saja demi rakyat." Karena pemahaman seperti itulah, Royani berpendapat bahwa menjadi seorang wakil rakyat -dalam pengertian yang sebenarnya- bukanlah pekerjaan gampang, sebab seringkali harus berhadapan dengan tekanan maupun godaan di sana-sini. Ia sepakat bahwa anggota DPR yang vokal memang rawan tergusur sehingga kalau mau 'aman' jangan bicara terlalu keras. "Tapi bagi saya justru sebaliknya; aman itu adalah bagaimana memperjuangkan aspirasi rakyat agar tidak dimaki-maki rakyat. Bukan bagaimana bertahan agar aman." Ia mengungkapkan beberapa orang kerabatnya menyarankan lebih baik mendukung Soerjadi agar bisa tetap menjadi anggota DPR. Namun Royani secara tegas menolak. 'Anak Dayak' ini mengatakan belum tahu rencana selanjutnya setelah 'pergi' dari Senayan. Kepada para caleg, Royani berpesan agar jangan sampai menjadikan DPR sebagai tujuan. "Sebab pasti akan dicemoohkan oleh rakyat, sebab rakyat kita semakin pintar dan kritis," katanya yakin. Ia menyebut kasus recall yang menimpa sahabatnya di Komisi VI -Bambang Warih Kusumah- terbukti justru mengharumkan nama Bambang di mata rakyat. Sekalipun bakal 'tergusur', Royani termasuk salah seorang anggota FPDI yang masih rajin datang berkantor di gedung DPR, baik untuk mengikuti rapat-rapat maupun sekedar berbincang-bincang dengan wartawan. [Andi Nursaiful/D-12]] via; http://www.library.ohiou.edu/indopubs/1996/09/21/0046.html